Pages

Selasa, 01 Maret 2011

Keberartian Peran Keluarga


بسم الله الرحمن الرحيم
In the name of Allah The Most Gracious The Most Merciful

  
Keluarga. Sebesar apa kata ini berperan penting terhadap kehidupan seseorang? Bagiku, seperti juga yang dikatakan oleh ayah dan bunda, keluarga sangat berperan penting bagi terciptanya sebuah kesejahteraan, kesuksesan, kemakmuran juga kebahagiaan. 
Keluarga adalah sebuah organisasi kecil, yang di sana terdapat pemimpin dan anggota yang menjalankan tuganya masing-masing, yang di sana terdapat aturan main, strategi, kekompakan, loyalitas dan totalitas untuk capai tujuan2nya. Hanya saja, setiap orang sudah diberikan perannya masing-masing tanpa ada yang harus menentukan, seorang ayah melaksanakan peran-perannya sebagai seorang ayah, begitu juga seorang ibu dan anak2nya, sehingga keluarga tersebut bisa sukses mencapai visi organisasi kecil mereka. Sukses di organisasi kecil bukannya mempermudah untuk sukses di organisasi besar?


Tetapi berapa banyak orang yang menyadari hal tersebut? Jaman sekarang, sudah banyak bukti yang memperlihatkan bahwa sebuah keluarga tidak lagi dijadikan tolah ukur kesuksesan. Bahkan keluarga bisa menjadi nomor sekian. Orang populer, dan dikenal banyak orang, tapi keluarganya tak terurus. Menjadi pentolan organisasi2 besar tapi keluarga terlantar. Bagaimana mungkin seseorang bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab bila menjalankan peran dalam keluarganya saja tidak lah berhasil. Berperan dalam organisasi kecil saja tidak bisa, bagaimana bisa dikatakan berhasil membangun organisasi besar. Mengapa hal ini bisa terjadi? Dan tidak banyak orang sadari bahwa popularitas yang telah lama mereka bangun tidak berarti apa-apa layaknya rumah yang dibangun tanpa dibuatnya pondasi terlebih dahulu.

Pertanyaannya kenapa? Coba kita lihat, orang yang sukses dalam bisnis atau karirnya, tentulah dapat pujian sana-sini, dapat reward dan dapat penghargaan. Begitu juga orang yang sukses dalam pembangunan bangsa, yang identik dengan pahlawan negara, tentulah bukan hanya pujian yang ia dapatkan, berikut dengan penghargaan dalam bentuk materi ataupun jabatan yang membuatnya terlihat begitu berjasa. Tapi coba kita bandingkan dengan orang yang berhasil menjadi ayah yang baik, yang berhasil membina keluarganya dengan penuh tanggung jawab dan berwibawa, atau seorang ibu rumah tangga yang selalu memerhatikan anak-anaknya, yang tanpa lelah dan malas memasakkan makanan-makanan bergizi untuk anak-anaknya dan menjadi orangtua sekaligus sahabat untuk anak-anaknya.. apakah mereka menerima penghargaan seperti penghargaan pahlawan negara? Tidak. Apakah mereka mendapatkan jumlah materi yang sama seperti apa yang pengusaha lakukan dengan bisnisnya? Tidak. Lalu apakah mereka akan dapat pujian dan serta merta popularitas seperti para pembela bangsa pada umumnya? Tentulah tidak. Karena jasa mereka tidaklah terlihat. Dan Karena pengorbanan mereka tidaklah diketahui masyarakat. Apakah itulah jawabannya banyak orang yang mengabaikan peran penting sebuah keluarga? Karena peran keluarga tidaklah dilihat banyak orang, gak populer dan tidak menghasilkan materi ! sehingga banyak orang yang lebih berfokus pada karirnya, pada jabatannya, pada organisasi-organisasinya yang akhirnya membuat mereka ‘dipaksa’ menelantarkan keluarganya. Hanya untuk : POPULARITAS dan keberadaan mereka yang ingin diakui..!

Sebuah usaha yang didalamnya tak ada proses dapatkah meraih kesuksesan? proses untuk belajar, proses untuk memulai, proses untuk membangunnya dari kecil sampai ke sedang sampai ke besar. Jadi dapatkah sesuatu yang besar itu sukses tanpa dibangunnya dulu sesuatu yang kecil, bisa kok sukses, tapi lihat berapa lama kesuksesan itu akan bertahan. Sebelum akhirnya roboh berkeping-keping, lagi-lagi seperti rumah tanpa pondasi yang kuat. Karena sebuah proses itu tak bisa dipungkiri, tak bisa dihindari dan tak bisa disingkat dengan segala alasan karena itu merupakan sunatuLLah. Proses wajib ada dalam sebuah pencapaian.

Orang yang tak begitu memikirkan bagaimana keluarga itu merupakan proses menuju kesuksesan, hanyalah orang yang berpikir hal-hal jangka pendek, yang cepat ingin dapat respon, yang kerjanya ingin segera dihargai, tak peduli setelah tercapainya apa yang dia harapkan kesuksesan itu tidaklah berarti apa-apa. Bahkan mungkin akan menyesal telah mencapai kesuksesannya yang ‘semu’ ketika sudah banyak waktu, energi dan materi yang dicurahkan.

Tetapi orang yang melaksanakan tugas dan peran2nya sesuai dengan perannya di keluarga terlebih dahulu, ialah orang yang berfikir jangka panjang, jauuuh, amat jauh sehingga ia begitu yakin apa yang ia lakukan 100 tahun lagi bahkan lebih akan masih terlihat kejayaannya, masih terekam kesejahteraannya dan masih sangat terasa hangat kebahagiaannya.. ia berfikir jangka panjang, baginya biarlah tak seorang pun tau bagaimana dia harus mengalah dengan ambisinya, mengorbankan segala keinginannya demi memprioritaskan keluarganya, anak-anaknya, lagi-lagi harus mengubur dalam-dalam keegoisannya demi sesuatu yang tidak saat itu ia rasakan hasilnya, ia rela bahkan seumur hidupnya ia hanya menanam dan menanam untuk kembang dan buahnya mekar saat ia telah tiada sekalipun, agar akar pohon yang seumur hidup ia tanam dan rawat akan menjadi pohon yang besar dan kekar, yang bisa menaungi anak-cicitnya sepanjang masa.

Ia amat terlalu yakin balasan bukanlah berupa pujian ataupun materi, tapi balasan langsung dari Sang Penciptanya, dari Allah Ta’ala, Yang selalu melihat ketika ia harus menahan keinginannya, mengubur harapan-harapannya dan menunda kemauannya. Ia amat yakin Allah lah Yang Maha Adil, yang menciptakan sesuatu dengan keseimbangan-keseimbangannya, segala apa yang ia korbankan, yang ia usahakan, tetaplah terbalaskan dalam wujud yang berbeda.
Itu yang lebih ia yakini dan itu yang lebih ia kejar sehingga hanya kebahagiaan dan kepuasaan yang cukup menjadi balasannya saat itu ketika melihat keluarganya tumbuh menjadi keluarga yang harmonis.. ya, keikhlasanlah, niat karena Allah semata, demi tercapainya pondasi yang kuat akar yang kokoh yang menghantarkannya kepada pemikiran yang jauh, pandangan mata yang luas, yang menerobos dinding-dinding penghalang antara ia dan pencapaiannya. Yang tak mampu orang lain lihat sehingga tak bisa begitu memahami keberartian sebuah akar, keberartian sebuah tolak ukur dalam pencapaian kesuksesan. Dan itu yang telah banyak hilang, sehingga kesuksesaan pun saat ini berlambangkan popularitas dan pujian. Bukannya tanggung jawab dan keikhlasan..

Ya, sebuah keluarga ialah proses, ialah penguji kebertanggung jawaban, ialah pembuktian keikhlasan dan ia kesuksesan yang abadi, bila berlandaskan cinta dan mengharap pembalasan dari Sang Pencipta cinta itu sendiri.. Allah Subhanahuwata’ala..

Semoga kita bisa menjalankan peran kita dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa ikhlas, sehingga biar nurani kita nanti yang menunjukkan jalanNya untuk bisa bertanggung jawab pada lingkup yang lebih besar, yang kita telah mampu dan pantas untuk menyandangnya.. sehingga segala bentuk tugas dan kewajiban kita lakukan dengan kesadaran tinggi dan tanggung jawab penuh, yang kita sama-sama akui hanya Allah lah Dzat yang Maha pantas membalas semuanya..

Sukses untuk ayah dan bunda menikmati proses ini, untuk bina keluarga Sakinah Mawaddah dan Warrahmah yang akan menaungi sampai di kehidupan kita yang abadi, Allah-lah yang paling pantas membalasnya..


Semoga bermanfaat,
Sakinah Fithriyah 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jazâkillâh khayran katsira putri kami atas tulisannya yang menyentakkan hati ayah lagi tentang arti kehidupan yang Allâh berikan ini; diri sebagai hambaNya, sebagai suami dan ayah dalam keluarganya. Sebagaimana penyair mengatakan (mungkin Ahmad Syauqi); Hidup adalah keyakinan & perjuangan. Teladan utama kita, an Nabiy, sampai mengatakan “Aku akan menjulangkan kalimat Allâh (yang teramat nikmat ini) atau biarkan diriku hancur di jalanNya. Thanks very2 much our so sweet! 

Posting Komentar

komen dari anda akan sangat membantu proses pembelajaran saya :)