Pages

Senin, 21 Februari 2011

Bisnis yang Paling DAHSYAAT!

 

  بِسْمِ للَّهِ الرَّحْمَٰن الرَّحِيمِ 

In the name of Allah The Most Gracious The Most Merciful

 

  
Pembicaraan dengan bunda saat Sakinah Fithriyah (me) sedang mencuci baju..

Bunda   : kakak tau bisnis apa yang paling dahsyat di Dunia??

Me         : hmm apa nda?

Bunda   : bisnis kita dengan Allah itulah bisnis yang paling luar biasa.. 

Me         : ceritakan ke Saki nda bagaimana luar biasanya?

Bunda   : coba deh kakak bayangkan di dunia ini, bisnis yang hebat itu yang menjanjikan dalam waktu 5-10 tahun berbisnis dapatkan passive income seumur hidup. Karena itu orang rela kerja mati-matian demi mendapatkan kebebasan financial seumur hidup mereka. Kebebasan financial dalam dunia bisnis diartikan sebagai puncak kesuksesan. 

                Tapi coba telaah lagi, apa setelah mereka bekerja keras selama 5-10 tahun lamanya, dapatkah mereka benar2 merasakan puncak kebahagiaan itu? Coba kita hitung dengan logika, katakanlah orang start berbisnis di usia 30 tahun. Maka kurang lebih di usianya yang ke 40 dia sudah meraih kebebasan financial tadi, seumur hidup. Umur hidup manusia memang berapa lama?

                Ambillah rata2 orang hidup 70 tahun. Berarti ada sisa 30 tahun untuk bisa merasakan hasil kerja kerasnya selama 10 tahun. Apakah benar yang ia raih sebenarnya adalah puncak dari kebahagiaan sedangkan sunatuLLah dari setiap manusia adalah semakin tua seseorang semakin lemah pula fisiknya, otomatis semakin banyak makanan yang dijadikan pantangan, bahkan mungkin harus rajin kontrol ke dokter karena fisiknya yang sudah tak sekuat dulu, dan dengan kondisi pola hidup yang kurang baik dari sebagian orang Indonesia, nayak dari mereka terkena penyakit disaat lanjut usia. Lalu benarkah itu yang bisa disebut sebagai puncak2 bahagia? Dimanalah arti kebebasan financial tadi? Bisa jalan-jalan keliling dunia tapi makanan harus banyak di kontrol, gak boleh ini-gak boleh itu.. dan kalau pun orang tersebut sehat dan berumur panjang, itu hanya akan berlangsung sampai dia meninggal. Titik.

Me         : iya juga nda… terus??

Minggu, 06 Februari 2011

Munajat



Oleh Buya Hamka

Ilahi! 
               
Sudah kudengar segala seruan yang disampaikan kepadaku, maka timbullah minat dalam hatiku hendak mengerjakan seruanMu, perintah untuk kebahagiaanku. Aku mengaku bahwa semuanya untuk kemaslahatan dan kesucianku. Tetapi kedha’ifan dan kelemahanku selalu mendorongku ke jalan yang tidak Engkau sukai.

Tuhanku! Dosa yang aku kerjakan, amat kecil bila dibandingkan dengan besarnya ampunanMu. Kalau Tuhan hendak mencelakakanku, gelap jalan yang aku tempuh, dan tak seorang pun yang kuat kuasa mempertahankan aku. Kalau Tuhan hendak member aku malu, maka terbukalah rahasiaku, walaupun bagaimana aku menyembunyikannya. Karena itu , ya Tuhanku, sempurnakan awal hikmatMu sampai ke ujungnya, dan jangan Tuhan cabut apa yang telah diberikan.

Ya Tuhan yang telah member aku pakaian cinta, yang selamanya tiada luntur dan usang.

Tuhan yang menjaga aku di dalam perjalanan dan diam, berilah aku sedikit cahayapun jadilah, dari NurMu!

Dengan ingat akan Engkau, oh Tuhanku, aku beroleh nikmat. Orang yang berjalan di luar garisMu, tersesat dan terpencil.

Aku yakin keluasan ilmuMu. Engkau tahu apa yang tersimpan di hatiku.

Ilahi! Amat banyak kesalahanku, aku sia-sia dan lalai; padahal anugerahMu meliputi diriku.

Aku sembunyikan dosaku dari mata makhluk, padahal Engkau selalu melihat dan memperhatikannya. Dalam pada itu, Tuhan sedia pula mengampuni.

Demi kebesaranMu! Sejahat-jahat makhlukMu, tidak ada yang tak merasa jahat kejahatannya yang dikerjakannya. Tetapi dia lemah dan dungu sebab itu Engkau ampuni dia.

Aku ini dungu hai Tuhan, ampuni aku !

Sengaja ditulis ulang agar kembali menyadarkan kita betapa luasnya pengampunan Tuhan dan masih ada kesempatan juga masih besar peluang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Semoga bermanfaat,
Sakinah Fithriyah.

Lari Pagi


Rasa kantuk terasa menyiksa mata ini ketika aku mencoba untuk membukanya.
Memikirkan bantal guling memang paling mengasikkan ketika mata ini tak kunjung terbuka juga kelopaknya.
Tapi biarkan bantal guling menjadi hanya sebatas pikiran, sementara tubuh ini harus bangkit dan melaksanakan misi penting.
Yang sudah seminggu lebih hanya menjadi sebuah rencana rencana dan rencana.
Kali ini tampaknya tubuh tak bisa lagi dimanjakan, semakin dimanjakan akan semakin terasa berat.
Bismillah, ku awali semua dengan menyembut nama Tuhan, berharap ketidakenakan ini hanya berlaku sementara..
Ku paksa diri ini untuk segera bangkit dari kenyamanan yang membahayakan.

Bersama seorang adikku, kami memulai pemanasan, sambil berhitung, sambil merasakan lemak-lemak dalam tubuh mulai mengambil ancang-ancang untuk pergi.
Berjalan sebentar menuju start seakan-akan memang ada sebuah papan bertuliskan ‘START’ yang menjadi tujuan kami. Sambil mengatur napas, sambil merasakan tubuh ini mulai bisa beradaptasi dan mengusir sang kantuk..

Tibalah kami disebuah lapang yang beralaskan rerumputan.
Menarik napas sekali lagi untuk memberi aba-aba memulai..
Mulailah tubuh ini melangkahkan sang kaki menapaki jalan aspal yang terkadang berlubang.
Mata berkali-kali mencari objek yang bagus untuk memanjakan pandangannya, bertemulah ia dengan pesona yang indah, bukit berjejer dengan kabut masih menggelayut di pepohonan yang beralaskan ladang-ladang sawah yang terhampar bagai permadani alam.
Bau harum tanah lembab yang segera menjadi sahabat sang hidung, terasa menyegarkan lubang-lubang kecil sepanjang jalan masuk ke paru-paru. Segaarrr.
Embun-embun kecil yang bersender manja pada dedaunan, seakan-akan terlalu malas untuk beranjak pergi.
Tak ketinggalan pancaran mega kekuning-kuningan dari sang mentari memperlihatkan dengan jelas senyuman sang alam.. seakan-akan tak dibiarkannya satu makhlukpun bersedih pagi ini.
Suara kokok ayam, tak mau kehilangan ambil andil dalam pagi yang sempurna, menjadi musik latar yang memadukan semuanya, sang kuping pun terasa sangat asyik menikmati kemerduannya.
Subhanallah.. bahagianya bertasbih bersama para anggota alam..

Perlahan, dari balik bilik-bilik yang dingin, mulai bangun para penghuninya, mulai ramai berbagai bentuk rutinitas, dilakukan dengan semangat pagi yang damai, walaupun mungkin sempat cukup sulit menjinakkan rasa kantuk yang sama dengan yang kurasakan.
Tapi betapa amat ruginya harus melewatkan keharmonisan pagi hari yang cerah.

Sekarang bau tanah lembab bercampur dengan asap tungku yang dibakar, desa yang mulai bangun dan tak lagi dingin. Hangat mulai menjalar dari senyum dan sapaan mereka. Benar-benar pagi yang luar biasa..

Tak terasa kaki ini sudah berpijak pada ujung garis finish, dan mulai melambat.
kupejamkan mata sebentar merasakan aliran darah yang berjalar begitu cepat, menuju semua bagian tubuh, mencari sekat-sekat kosong untuk diisi.
Keringat mulai turun membasahi wajah juga pakaian, aah segarnya.
Bagaimana mungkin sang kantuk yang melenakan membuatku hampir tidak bisa merasakan ini semua? Oh sungguh menyesalnya.
Puas rasanya menaklukkan sang kantuk.
Puas rasanya keluar dari kenyamanan yang membahayakan.
Semuanya hanya masalah kapan aku ingin memulainya..
Memulai memang sulit, untuk selanjutnya dengan mudah tubuh ini berjalan dengan sendirinya.
Sekarang, mulailah untuk jadikan ini semua menjadi sebuah rutinitas.

semoga bermanfaat,
Sakinah Fithriyah

Jumat, 04 Februari 2011

Here I am - Black Stallion