Pages

Minggu, 06 Februari 2011

Lari Pagi


Rasa kantuk terasa menyiksa mata ini ketika aku mencoba untuk membukanya.
Memikirkan bantal guling memang paling mengasikkan ketika mata ini tak kunjung terbuka juga kelopaknya.
Tapi biarkan bantal guling menjadi hanya sebatas pikiran, sementara tubuh ini harus bangkit dan melaksanakan misi penting.
Yang sudah seminggu lebih hanya menjadi sebuah rencana rencana dan rencana.
Kali ini tampaknya tubuh tak bisa lagi dimanjakan, semakin dimanjakan akan semakin terasa berat.
Bismillah, ku awali semua dengan menyembut nama Tuhan, berharap ketidakenakan ini hanya berlaku sementara..
Ku paksa diri ini untuk segera bangkit dari kenyamanan yang membahayakan.

Bersama seorang adikku, kami memulai pemanasan, sambil berhitung, sambil merasakan lemak-lemak dalam tubuh mulai mengambil ancang-ancang untuk pergi.
Berjalan sebentar menuju start seakan-akan memang ada sebuah papan bertuliskan ‘START’ yang menjadi tujuan kami. Sambil mengatur napas, sambil merasakan tubuh ini mulai bisa beradaptasi dan mengusir sang kantuk..

Tibalah kami disebuah lapang yang beralaskan rerumputan.
Menarik napas sekali lagi untuk memberi aba-aba memulai..
Mulailah tubuh ini melangkahkan sang kaki menapaki jalan aspal yang terkadang berlubang.
Mata berkali-kali mencari objek yang bagus untuk memanjakan pandangannya, bertemulah ia dengan pesona yang indah, bukit berjejer dengan kabut masih menggelayut di pepohonan yang beralaskan ladang-ladang sawah yang terhampar bagai permadani alam.
Bau harum tanah lembab yang segera menjadi sahabat sang hidung, terasa menyegarkan lubang-lubang kecil sepanjang jalan masuk ke paru-paru. Segaarrr.
Embun-embun kecil yang bersender manja pada dedaunan, seakan-akan terlalu malas untuk beranjak pergi.
Tak ketinggalan pancaran mega kekuning-kuningan dari sang mentari memperlihatkan dengan jelas senyuman sang alam.. seakan-akan tak dibiarkannya satu makhlukpun bersedih pagi ini.
Suara kokok ayam, tak mau kehilangan ambil andil dalam pagi yang sempurna, menjadi musik latar yang memadukan semuanya, sang kuping pun terasa sangat asyik menikmati kemerduannya.
Subhanallah.. bahagianya bertasbih bersama para anggota alam..

Perlahan, dari balik bilik-bilik yang dingin, mulai bangun para penghuninya, mulai ramai berbagai bentuk rutinitas, dilakukan dengan semangat pagi yang damai, walaupun mungkin sempat cukup sulit menjinakkan rasa kantuk yang sama dengan yang kurasakan.
Tapi betapa amat ruginya harus melewatkan keharmonisan pagi hari yang cerah.

Sekarang bau tanah lembab bercampur dengan asap tungku yang dibakar, desa yang mulai bangun dan tak lagi dingin. Hangat mulai menjalar dari senyum dan sapaan mereka. Benar-benar pagi yang luar biasa..

Tak terasa kaki ini sudah berpijak pada ujung garis finish, dan mulai melambat.
kupejamkan mata sebentar merasakan aliran darah yang berjalar begitu cepat, menuju semua bagian tubuh, mencari sekat-sekat kosong untuk diisi.
Keringat mulai turun membasahi wajah juga pakaian, aah segarnya.
Bagaimana mungkin sang kantuk yang melenakan membuatku hampir tidak bisa merasakan ini semua? Oh sungguh menyesalnya.
Puas rasanya menaklukkan sang kantuk.
Puas rasanya keluar dari kenyamanan yang membahayakan.
Semuanya hanya masalah kapan aku ingin memulainya..
Memulai memang sulit, untuk selanjutnya dengan mudah tubuh ini berjalan dengan sendirinya.
Sekarang, mulailah untuk jadikan ini semua menjadi sebuah rutinitas.

semoga bermanfaat,
Sakinah Fithriyah

0 komentar:

Posting Komentar

komen dari anda akan sangat membantu proses pembelajaran saya :)